OMAT ULAH AREK KABAWA KU SAKABA-KABA, LEMPANG ANU LEMPENG, LAMPAH ULAH SARAKAH

“Jangan bertanya, Jangan memuja nabi dan wali-wali, Jangan mengaku Tuhan, Jangan mengira tidak ada padahal ada, Sebaiknya diam, Jangan sampai digoncang oleh kebingungan…”

Jumat, 11 September 2015

AJARAN SUNAN GUNUNG JATI ( WALI QUTUB )

AJARAN SUNAN GUNUNG JATI



"Gegunem sifat kang pinuji. Aja ilok gawe lara ati ing wong. Ake lara ati ing wong, namung saking duriat. Aja ilok hawe kaniaya ing makhluk. Aja ngagungaken ing salira. Aja ujub ria suma takabur. Aja duwe ati ngunek."
(Milikilah sifat terpuji. Jangan suka menyakiti hati orang lain. Lalu, jika sering disakiti orang lain, hadapilah dengan cinta,jangan dengan aniaya. Pokoknya,jangan membuat aniaya pada makhluk. Jangan pula mengagungkan diri sendiri. Jangan sombong dan takabur. Jangan memiliki sifat dendam)
"Den hormat ing wong tua. Den hormat ing leluhur. Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka. Den welas asih ing sapapada. Mulyaken ing tetamu."
(Bersifat hormatlah kepada orangtua. Hormati pula leluhur kalian. Lalu, hormat,sayangi dan mulyakan pusaka. Jadilah orang yang saling menyayangi sesama manusia. Dan,hormatilah tamu)

---Petatah-petitih Sunan Gunung Jati


WASIAT SUNAN GUNUNG JATI
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan ketaqwaan dan keyakinan adalah:
  • Ingsun titipna tajug lan fakir miskin (aku Sunan gunung Djati titip tajug dan fakir miskin.
  • Yen sembahyang kungsi pucuke pnah (jika salat harus khusu dan tawadhu seperti anak panah yang menancap kuat).
  • Yen puasa den kungsi tetaling gundewa (jika puasa harus kuat seperti tali gondewa). Ibadah kang tetap (ibadah itu harus terus menerus) Manah den syukur ing Allah (hati harus bersyuklur kepada Allah)
  • Kudu ngahekaken pertobat (banyak-banyaklah bertobat).
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kedisiplinan
  • Aja nyindra janji mubarang (jangan mengingkari janji Pemboraban kang ora patut anulungi (yang salah tidak usah ditolong)
  • Aja ngaji kejayaan kang ala rautah (jangan belajar untuk kepentingan yang tidak benar atau disalah gunakan)
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan adalah: Singkirna sifat kanden wanci (jauhi sifat yang tidak baik)
  • Duwehna sifat kang wanti (miliki sifat yang baik) Amapesa ing bina batan (jangan serakah atau berangasan dalam hidup).
  • Angadahna ing perpadu (jauhi pertengkaran).
  • Aja ilok ngamad kang durung yakin (jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya).
  • Aja ilok gawe bobat (jangan suka berbohong).
  • Kenana ing hajate wong (kabulkan keinginan orang).
  • Aja dahar yen durung ngeli (jangan makan sebelum lapar)
  • Aja nginum yen durung ngelok (jangan minum sebelum haus).
  • Aja turu yen durung katekan arif (jangan tidur sebelum ngantuk).
  • Yen kaya den luhur (jika kaya harus dermawan).
  • Aja ilok ngijek rarohi ing wong (jangan suka menghina orang).
  • Den bisa megeng ing nafsu (harus dapat menahan hawa nafsu).
  • Angasana diri (harus mawas diri)
  • Tepo saliro den adol (tampilkan perilaku yang baik).
  • Ngoletena rejeki sing halal (carilah rejeki yang halal)
  • Aja akeh kang den pamrih (jangan banyak mengharap pamrih). Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur (jika bersedih jangan diperlihatkan agar cepat hilang).
  • Gegunem sifat kang pinuji (miliki sifat terpuji) Aja ilok gawe lara ati ing wong (jangan suka menyakiti hati orang).
  • Ake lara ati, namung saking duriat (jika sering disakiti orang hadapilah dengan kecintaan tidak dengan aniaya).
  • Aja ngagungaken ing salira (jangan mengagungkan diri sendiri).
  • Aja ujub ria suma takabur (jangan sombong dan takabur).
  • Aja duwe ati ngunek (jangan dendam).
> Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kesopanan dan tatakrama:
  • Den hormat ing wong tua (harus hormat kepada orang tua).
  • Den hormat ing leluhur (harus hormat pada leluhur).
  • Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka (hormat, sayangi, dan mulyakan pusaka).
  • Den welas asih ing sapapada (hendaklah menyanyangi sesama manusia).
  • Mulyakeun ing tetamu (hormati tamu).
Petatah-Petitih yang berkaitan dengan kehidupan sosial:
  • Aja anglakoni lunga haji ing Makkah (jangan berangkat haji ke Mekkah, jika belum mampu secara ekonomis dan kesehatan).
  • Aja munggah gunung gede utawa manjing ing kawah (jangan mendaki gunung tinggi atau menyelam ke dalam kawah, jika tidak mempunyai persiapan atau keterampilan).
  • Aja ngimami atau khotbah ing masjid agung (jangan menjadi imam dan berkhotbah di Mesjid Agung, jika belum dewasa dan mempunyai ilmu keIslaman yang cukup).
  • Aja dagangan atawa warungan (jangan berdagang, jika hanya dijadikan tempat bergerombol orang)
  • Aja kunga layaran ing lautan (jangan berlayar ke lautan, jika tidak mempunyai persiapan yang matang).
Petetah petitih Sunan Gunung Djati di atas secara umum mengandung makna yang luas dan kompleks, sehingga dapat berguna, tidak saja untuk anak dan keturunannya, melainkan juga bagi masyarakat luas. Pada dasarnya ada enam makna yang terkandung dalam petatah-petitih Sunan Gunung Djati, yaitu:
Nasihat tentang perbuatan yang baik dan bijak yang pada akhirnya keturunan sultan dan masyarakat luas diharapkan menjadi manusia yang arif dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesamanya serta sabar dan tawakal beribadat kepada Allah Swt.
Pesan yang secara implisit memberikan arah dan petunjuk bagi banyak orang agar tetap konsisten dalam menjalankan ajaran Islam.
Sedangkan secara eksplisit menegaskan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh anak dan keturunannya. Baik secara halus maupun terus terang mengemukakan pendiriannya yang bertentangan dengan hati nurani, rakyat, anak, dan keturunanya. Hal ini mengandung makna teguran yang halus dan keras semata-mata ditujukan agar norma kehidupan tidak dilanggar.
Mengandung anjuran untuk mentaati aturan yang telah disepakati agar terus dijaga keabadiannya sampai generasi mendatang, Agar para pengikutnya mengikuti petatah-petitih untuk tegaknya nilai-nilai Islam. Mengandung sangsi berupa hukuman sosial dan moral bagi siapa saja yang melanggar petatah-petitihnya.
Bagikan ke Facebook Bagikan ke Twitter